BERHATI-HATI DENGAN “SYUBHAT”
Oleh: Riki Sutiono (Dosen STAIN Bengkalis)


Syubhat dapat diartikan sebagai sesuatu yang masih dipertentangkan hukumnya berdasarkan dalil-dalil yang ada dalam Al-Quran dan As-Sunah, maknanya pun masih diperdebatkan. Sebagian ulama berpendapat bahwa perkara syubhat bukanlah sesuatu yang halal atau sesuatu yang haram. Pasalnya, Nabi secara jelas memposisikan perkara syubhat diantara yang halal dan yang haram. Hanya saja, sebagai langkah kehati-hatian, seharusnya kita menghindari barang syubhat. Hal ini dikarenakan syubhat dapat menjerumuskan diri dalam sikap ragu-ragu, kerena sesuatu yang belum jelas halal-haramnya.
Rasululullah adalah suri teladan dalam hal menjauhi perkara syubhat. Beliau adalah pemimpin orang-orang wara’. Hal ini dapat dilihat dari sikap yang diambil Rasulullah berkenaan dengan sebutir kurma yang jatuh ketika beliau mendapatinya di rumah beliau: “Kalau saja aku tidak khawatir bahwa ia (sebutir kurma ini) berasal dari barang sedekah, tentu sudah aku makan.”  (HR.Bukhari dan Muslim).
Abu Bakar juga sosok yang patut kita teladani dalam sikap wara’. Suatu ketika,beliau pernah memakan makanan syubhat karena tidak tahu. Maka ketika mengetahuinya, ia langsung memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga memuntahkan makanan itu. Lalu ia berkata, “seandainya untuk mengeluarkan makanan tersebut aku harus mengorbankan nyawaku, pasti akan aku tempuh.” Hal ini dikarenakan Abu Bakar pernah mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya daging yang tumbuh dari harta haram, maka neraka lebih pantas untuknya.”
Subhanallah, betapa besar semangat dan usaha Abu Bakar untuk menjaga perutnya agar tidak dimasuki barang syubhat. Jika Abu Bakar yang termasuk dalam sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga saja selalu menjaga diri dari barang syubhat, maka kita semestinya memiliki tekad yang lebih besar dibandingkan beliau, untuk memelihara diri kita dari barang syubhat,apalagi haram. Lebih-lebih pada zaman sekarang ini kebanyakan orang menyepelekan masalah ini, bahkan sebagian mengatakan “mencari barang yang haram saja sulit, apalagi yang halal!”, Na’uzubillah… Asumsi seperti ini tidaklah benar, karena Allah telah berjanji dalam Al-Quran bahwa siapa saja yang bertakwa kepada-Nya, Dia akan memberikan jalan keluar pada setiap persolan yang membelitnya dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Untuk itu, mari kita membersihkan hati kita. Mengapa? Bila hati seseorang bersih, tentu ia dapat menjauhi syubhat. Sebaliknya, bila hati seseorang kotor, ia akan selalu cenderung menjalankan perkara syubhat dengan seribu satu alasan yang digunakan. Wallahu A’lam ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL RIKI SUTIONO

  “PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM’S ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS VII MTS MASMUR ...