Senin, 15 Januari 2018

3 Nasihat Agung Malaikat Jibril AS

3 Nasihat Agung Malaikat Jibril AS
Oleh: Riki Sutiono (Dosen STAIN Bengkalis)


Mengawali Tulisan ini, mari kita simak sebuah hadis mulia yang diriwayatkan dari Sahl bin Sa’id bahwasannya suatu ketika malaikat jibril as pernah datang kepada Rasulullah SAW kemudian ia berkata:
يَا مُحَمَّدُ ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزيٌّ بِهِ
“Ya Muhammad, hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati, dan cintailah siapapun yang engkau mau tapi engkau akan berpisah dengannya, dan berbuatlah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mendapatkan balasannya”
Hadits di atas mengandung tiga nasihat agung, yaitu: Yang Pertama adalah: عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ (hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati). Sebagian ulama’ berkata bahwasannya kalimat ini merupakan sebuah ancaman dan peringatan, yang menegaskan bahwa  kita semua akan mati, dan hal ini sudah ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang berbunyi:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَتُ المَوْت
“Setiap yang bernyawa pasti akan mati” (QS. Al-Ankabut: 57)”
Pertanyaan selanjutnya bagi kita  adalah: Sudah siapkah kita untuk menghadapi kematian? sudah siapkah kita untuk menghadapi Dzat yang Maha kuasa? Bekal apa yang telah kita persiapkan untuk menghadapi persidangan-Nya? Apakah bekal harta, pangkat dan kekuasaan, anak-anak kita yang sukses, istri kita yang cantik, atau gelar kesarjanaan yang menempel di nama kita, apakah  itu yang kita persiapkan untuk menghadapi persidangan Dzat yang Maha adil?
 Sungguh kita akan rugi besar jika hanya itu yang kita persiapkan untuk menghadapi pengadilan-Nya, bahkan kita akan celaka karenanya. Karena sesungguhnya Bekal terbaik bagi manusia untuk menghadapi persidangan Allah SWT ialah Hanya Taqwa. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat Al-Baqarah: 197
وَتَزَاوَدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ زَادِ التَقْوَى
“Berbekallah kamu karena sebaik-baik bekal adalah taqwa”
Pesan yang kedua adalah وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ (dan cintailah siapapun yang engkau mau karena sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya).
            Makna pesan kedua ini adalah kita boleh mencintai siapapun yang kita mau, apakah itu mencintai istri kita, mencintai anak kita,  mencintai orang tua kita, mencintai sahabat kita, mencintai saudara mara kita, bahkan mencintai harta benda kita sekalipun, namun perlu kita ingat bahwa suatu saat nanti kita akan berpisah dengannya. Dan perpisahan itu terbagi menjadi dua, pertama perpisahan yang bersifat selamanya yaitu berupa kematian, apatah itu perpisahan kita dengan orang tua kita, anak istri kita, keluarga saudara kita, tetangga kita dan lain sebagainya. Perpisahan Kedua adalah  perpisahan bersifat sementara, misalnya perpisahan kita dengan rekan sekerja  yang mendapat tugas di tempat lain. Dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang beriman kepadaNya, hendaknya di dalam setiap  mencintai siapapun dan apapun itu, Cintailah sewajarnya saja. Jangan sampai kecintaan kita melebihi kecintaan kita kepada Allah SWT. Karena salah satu ciri orang yang beriman adalah dia sangat mencintai Allah SWT melebihi kecintaan dia kepada istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, dan yang lainnya.
Dan nasihat Jibril yang terakhir yang ketiga adalah وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُجْزِيٌّ بِهِ (dan berbuatlah sesukamu, sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya).
Pesan terakhir malaikat jibril kepada Rasulullah ini merupakan sebuah pesan dan peringatan yang besar tentunya bagi kita selaku umatnya Rasulullah SAW, bahwasannya kita sebagai manusia pasti akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas segala apa yang telah kita lakukan di dunia ini. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah SWT di dunia ini, sehingga manusia diberi kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk Allah SWT yang lain. Kesempurnaan manusia itu dibuktikan karena manusia dianugerahi otak yang mampu berfikir sehingga manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada hakikatnya Inilah perbedaan yang mendasar yang membedakan antara manusia dengan binatang. Dengan Akalnya manusia dituntut untuk berfikir dahulu sebelum dia melakukan suatu amalan ataupun perbuatan, Dengan Akalnya manusia dituntut untuk berfikir dahulu sebelum dia mengucapkan sesuatu dari lisannya kepada orang lain, apakah ucapan dan perkataan yang kita sampaikan itu menyakiti perasaan hati orang lain ataupun tidak.
Karna tidak dipungkiri betapa banyak manusia celaka disebabkan dikarenakan lidahnya, misalnya ada manusia yang  menganggap dirinya memiliki kedudukan dan jabatan yang tinggi sehingga seenaknya saja kata-kata kasar yang keluar dari mulutnya menyakiti dan melukai hati dan perasaan bawahannya. Ada manusia yang menganggap dirinya kaya sehingga dengan lancangnya ia menghina dan mencaci maki tetangganya, merasa tidak butuh dengan tetangganya, dan juga ada manusia yang beranggapan dirinya paling senior paling tua paling berilmu sehingga orang lain harus tunduk patuh dan menghormatinya.
Bukankah kita ingat, bahwa manusia dihadapan Allah itu sama, mau ia kaya, miskin, punya jabatan, pengangguran semua sama di mata Allah SWT, hanya satu yang membedakan yaitu Ketakwaannya.

Sekali lagi, وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُجْزِيٌّ بِهِ (dan berbuatlah sesukamu didunia ini, maka sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya). Kita tanam kebaikan di dunia ini, maka kebaikanlah pulalah yang akan kita panen nantinya. Dan sebaliknya, bila kita tanam keburukan dan kejahatan di dunia ini, maka tunggulah kehancuran dan kesengsaraan akan menghampirimu nanti. Wallahu A’lam…

3 komentar:

JURNAL RIKI SUTIONO

  “PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM’S ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS VII MTS MASMUR ...