3 Nasihat Agung Malaikat Jibril AS
Oleh: Riki Sutiono (Dosen STAIN Bengkalis)
Mengawali
Tulisan ini, mari kita simak sebuah
hadis mulia yang diriwayatkan
dari Sahl bin Sa’id bahwasannya suatu ketika malaikat jibril as pernah datang
kepada Rasulullah SAW kemudian ia berkata:
يَا مُحَمَّدُ ،
عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ
مُفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزيٌّ بِهِ
“Ya Muhammad, hiduplah
sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati, dan cintailah siapapun yang engkau
mau tapi engkau akan berpisah dengannya, dan berbuatlah sesukamu tapi
sesungguhnya engkau akan mendapatkan balasannya”
Hadits di atas mengandung tiga nasihat
agung, yaitu: Yang Pertama adalah: عِشْ مَا شِئْتَ
فَإِنَّكَ مَيِّتٌ
(hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati). Sebagian ulama’
berkata bahwasannya kalimat ini merupakan sebuah ancaman dan peringatan, yang
menegaskan bahwa kita semua akan mati, dan
hal ini sudah ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang berbunyi:
كُلُّ نَفْسٍ
ذَائِقَتُ المَوْت
“Setiap yang bernyawa
pasti akan mati” (QS. Al-Ankabut: 57)”
Pertanyaan selanjutnya bagi kita adalah: Sudah siapkah kita untuk menghadapi
kematian? sudah siapkah kita untuk menghadapi Dzat yang Maha kuasa? Bekal apa
yang telah kita persiapkan untuk menghadapi persidangan-Nya? Apakah bekal harta,
pangkat dan kekuasaan, anak-anak kita yang sukses, istri kita yang cantik, atau
gelar kesarjanaan yang menempel di nama kita, apakah itu yang kita persiapkan untuk menghadapi
persidangan Dzat yang Maha adil?
Sungguh kita akan rugi besar jika hanya itu
yang kita persiapkan untuk menghadapi pengadilan-Nya, bahkan kita akan celaka
karenanya. Karena sesungguhnya Bekal terbaik bagi manusia untuk menghadapi
persidangan Allah SWT ialah Hanya Taqwa. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam
surat Al-Baqarah: 197
وَتَزَاوَدُوْا
فَإِنَّ خَيْرَ زَادِ التَقْوَى
“Berbekallah kamu
karena sebaik-baik bekal adalah taqwa”
Pesan yang kedua adalah وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ (dan cintailah siapapun yang engkau mau
karena sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya).
Makna
pesan kedua ini adalah kita boleh mencintai siapapun yang kita mau, apakah itu
mencintai istri kita, mencintai anak kita, mencintai orang tua kita, mencintai sahabat
kita, mencintai saudara mara kita, bahkan mencintai harta benda kita sekalipun,
namun perlu kita ingat bahwa suatu saat nanti kita akan berpisah dengannya. Dan
perpisahan itu terbagi menjadi dua, pertama perpisahan yang bersifat selamanya
yaitu berupa kematian, apatah itu perpisahan kita dengan orang tua kita, anak
istri kita, keluarga saudara kita, tetangga kita dan lain sebagainya. Perpisahan
Kedua adalah perpisahan bersifat
sementara, misalnya perpisahan kita dengan rekan sekerja yang mendapat tugas di tempat lain. Dan lain
sebagainya.
Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah
yang beriman kepadaNya, hendaknya di dalam setiap mencintai siapapun dan apapun itu, Cintailah sewajarnya
saja. Jangan sampai kecintaan kita melebihi kecintaan kita kepada Allah SWT.
Karena salah satu ciri orang yang beriman adalah dia sangat mencintai Allah SWT
melebihi kecintaan dia kepada istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, dan
yang lainnya.
Dan nasihat Jibril yang terakhir yang ketiga
adalah وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُجْزِيٌّ بِهِ (dan berbuatlah
sesukamu, sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya).
Pesan terakhir malaikat jibril kepada
Rasulullah ini merupakan sebuah pesan dan peringatan yang besar tentunya bagi
kita selaku umatnya Rasulullah SAW, bahwasannya kita sebagai manusia pasti akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas segala apa yang telah kita
lakukan di dunia ini. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang
diciptakan Allah SWT di dunia ini, sehingga manusia diberi kedudukan yang lebih
tinggi dari makhluk Allah SWT yang lain. Kesempurnaan manusia itu dibuktikan
karena manusia dianugerahi otak yang mampu berfikir sehingga manusia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada hakikatnya Inilah perbedaan yang mendasar
yang membedakan antara manusia dengan binatang. Dengan Akalnya manusia dituntut
untuk berfikir dahulu sebelum dia melakukan suatu amalan ataupun perbuatan, Dengan
Akalnya manusia dituntut untuk berfikir dahulu sebelum dia mengucapkan sesuatu dari
lisannya kepada orang lain, apakah ucapan dan perkataan yang kita sampaikan itu
menyakiti perasaan hati orang lain ataupun tidak.
Karna tidak dipungkiri betapa banyak manusia
celaka disebabkan dikarenakan lidahnya, misalnya ada manusia yang menganggap dirinya memiliki kedudukan dan jabatan
yang tinggi sehingga seenaknya saja kata-kata kasar yang keluar dari mulutnya
menyakiti dan melukai hati dan perasaan bawahannya. Ada manusia yang menganggap
dirinya kaya sehingga dengan lancangnya ia menghina dan mencaci maki
tetangganya, merasa tidak butuh dengan tetangganya, dan juga ada manusia yang
beranggapan dirinya paling senior paling tua paling berilmu sehingga orang lain
harus tunduk patuh dan menghormatinya.
Bukankah kita ingat, bahwa manusia
dihadapan Allah itu sama, mau ia kaya, miskin, punya jabatan, pengangguran
semua sama di mata Allah SWT, hanya satu yang membedakan yaitu Ketakwaannya.
Sekali lagi, وَاعْمَلْ
مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُجْزِيٌّ بِهِ (dan berbuatlah sesukamu didunia ini, maka
sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya). Kita tanam kebaikan di dunia ini,
maka kebaikanlah pulalah yang akan kita panen nantinya. Dan sebaliknya, bila
kita tanam keburukan dan kejahatan di dunia ini, maka tunggulah kehancuran dan
kesengsaraan akan menghampirimu nanti. Wallahu A’lam…
Terimakasih atas ilmunya.. barokallah
BalasHapusalhamdulillah mengingatkan saya , smg bermanfaat dan barokallahu laka
BalasHapusSyukron, ijin copas ya
BalasHapus