Kamis, 26 Oktober 2017

MENJADI MANUSIA LEBAH


Di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan oleh Allah menjadi nama surah, yaitu al-Naml ( semut), al-‘Ankabut (laba-laba), dan al-Nahl (lebah). Ketiga binatang ini masing-masing memiliki karakter dan sifat, sebagaimana digambarkan oleh al-Qur’an. Dan hal itu patut dijadikan pelajaran oleh manusia.
Semut memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun. Kesombongannya sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu tidak itu tidak berguna baginya.
Lain halnya dengan laba-laba, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an bahwa sarang laba-laba adalah tempat yang paling rapuh. Hal ini memberikan gambaran bahwa di dalam masyarakat atau rumah tangga yang keadaannya seperti laba-laba; rapuh, anggotanya saling tindih-menindih, sikut menyikut seperti anak laba-laba yang baru lahir. Kehidupan ayah dan ibu serta anak-anak tidak harmonis, antara pimpinan dan bawahan saling curiga.
Berbeda dengan lebah. Lebah memiliki insting yang sangat tinggi, Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan dalam lokasi. Lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk dijadikan sebagai penerang dan obat. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya.  Ia tidak mengganggu yang lainnya kecuali ada yang mengganggunya, bahkan kalaupun menyakiti (menyengat) sengatannya dapat menjadi obat. Oleh karenanya, wajarlah kalau Nabi Muhammad SAW mengibaratkan orang mukmin itu seperti lebah, sebagaimana dalam sabdanya: “Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti lebah. Ia tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang baik, dan bila berada pada suatu tempat tidak merusak”.
Dalam kehidupan kita di dunia ini, jelas ada manusia yang berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan menumpuk materi atau harta tanpa ada pemanfaatannya. Begitu juga entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada disekitar kita, yaitu mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang mereka jadikan mangsa, siapa lagi yang akan ditipu, dan bagaimana cara mengambil hak orang lain.

Demikian pula di dalam masyarakat kita terdapat beberapa manusia-manusia lebah. Manusia lebah itu adalah mereka yang tidak boros, tidak suka makan atau mengambil haknya orang lain, apa yang keluar dari mulutnya bukan sesuatu yang menyakiti perasaan tetapi sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan. Dan bila berada pada suatu tempat atau daerah tidak menjadi pengacau dan penyebab kericuhan. Tetapi justru kehadirannya sangat diharapkan dan dirindukan. Oleh karenanya, marilah kita merenungkan dan mencontoh sifat-sifat yang dimiliki oleh lebah, sehingga kita dapat merasakan manisnya kehidupan di dunia ini. Wallahu A’lam***

1 komentar:

JURNAL RIKI SUTIONO

  “PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM’S ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS VII MTS MASMUR ...