Di dalam
al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan oleh Allah menjadi nama surah,
yaitu al-Naml ( semut), al-‘Ankabut (laba-laba),
dan al-Nahl (lebah). Ketiga binatang ini masing-masing
memiliki karakter dan sifat, sebagaimana digambarkan oleh al-Qur’an. Dan hal
itu patut dijadikan pelajaran oleh manusia.
Semut memiliki
sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon,
binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya
tidak lebih dari satu tahun. Kesombongannya sedemikian besar sehingga ia
berusaha memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu tidak
itu tidak berguna baginya.
Lain halnya
dengan laba-laba, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an bahwa sarang
laba-laba adalah tempat yang paling rapuh. Hal ini memberikan
gambaran bahwa di dalam masyarakat atau rumah tangga yang keadaannya seperti
laba-laba; rapuh, anggotanya saling tindih-menindih, sikut menyikut seperti
anak laba-laba yang baru lahir. Kehidupan ayah dan ibu serta anak-anak tidak
harmonis, antara pimpinan dan bawahan saling curiga.
Berbeda dengan
lebah. Lebah memiliki insting yang sangat tinggi, Sarangnya dibuat berbentuk
segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan dalam lokasi. Lebah
mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah menjadi lilin dan madu yang
sangat bermanfaat bagi manusia untuk dijadikan sebagai penerang dan obat. Lebah
sangat disiplin, mengenal pembagian kerja dan segala yang tidak berguna
disingkirkan dari sarangnya. Ia tidak mengganggu yang lainnya
kecuali ada yang mengganggunya, bahkan kalaupun menyakiti (menyengat)
sengatannya dapat menjadi obat. Oleh karenanya, wajarlah kalau Nabi Muhammad
SAW mengibaratkan orang mukmin itu seperti lebah, sebagaimana dalam sabdanya: “Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti lebah. Ia tidak makan kecuali yang baik,
tidak menghasilkan kecuali yang baik, dan bila berada pada suatu tempat tidak
merusak”.
Dalam kehidupan kita di dunia ini, jelas ada manusia yang
berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan menumpuk materi atau harta tanpa ada pemanfaatannya. Begitu juga entah berapa banyak jumlah laba-laba
yang ada disekitar kita, yaitu mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di
mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang mereka
jadikan mangsa, siapa lagi yang akan ditipu, dan bagaimana cara mengambil hak
orang lain.
Demikian pula di dalam masyarakat kita terdapat
beberapa manusia-manusia lebah. Manusia lebah itu adalah mereka yang tidak
boros, tidak suka makan atau mengambil haknya orang lain, apa yang keluar dari
mulutnya bukan sesuatu yang menyakiti perasaan tetapi sesuatu yang menyejukkan
dan menyenangkan. Dan bila berada pada suatu tempat atau daerah tidak menjadi
pengacau dan penyebab kericuhan. Tetapi justru kehadirannya sangat diharapkan dan
dirindukan. Oleh karenanya, marilah kita merenungkan dan mencontoh sifat-sifat
yang dimiliki oleh lebah, sehingga kita dapat merasakan manisnya kehidupan di
dunia ini. Wallahu A’lam***
Bismillah....
BalasHapus