ADAB
MENUNTUT ILMU MENURUT IMAM AL GHAZALI
Oleh:
Riki Sutiono (Dosen STAIN Bengkalis)
Agama Islam
sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Terbukti bahwa di dalam Al Quran
menyebutkan kata-kata “ilmu” dan turunannya sebanyak 744 kali. hal ini senada
dengan firman Allah SWT dalam surah Al Mujadilah ayat 11 menyatakan”…
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “.
Sehubungan dengan itu, Islam juga mengatur bagaimana adab
atau etika ketika menuntut ilmu. Salah satu ulama besar umat muslim, Imam
Al-Ghazali, dalam bukunya Ihya Ulumuddin menyampaikan
adab menuntut ilmu bagi seorang pelajar. Ada tujuh poin penting tentang Adab Menuntut Ilmu Menurut
Imam Al-Ghazali yang diringkas dari pendapat ulama ahli
tasawuf ini.
Pertama, mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang
rendah. Menurut Al-Ghazali, selama batin tidak bersih
dari hal-hal keji, maka ia tidak menerima ilmu yang bermanfaat dalam agama.
Selain itu, batin juga tak akan diterangi dengan cahaya ilmu. Ibnu Mas’ud
berkata, “Bukanlah ilmu itu karena banyak meriwayatkan, tetapi ilmu itu adalah
cahaya yang dimasukkan ke dalam hati.”
Kedua, mengurangi
kesenangan-kesenangan duniawi dan menjauh dari kampung halaman hingga hatinya
terpusat untuk ilmu. Allah tidak menjadikan dua jantung bagi
seseorang di dalam rongga badannya. Oleh karena itu dikatakan, “Ilmu itu tidak
memberikan sebagiannya hingga engkau memberinya seluruh milikmu.”
Ketiga, tidak sombong dalam
menuntut ilmu dan tidak membangkang kepada guru.
Al-Ghazali menyarankan orang yang menuntut ilmu agar memberi kebebasan kepada
guru yang mengajarnya selama tidak memperlakukannya dengan sewenang-wenang.
Al-Ghazali juga menegaskan agar pelajar terus berkhidmat kepad guru.
Menurutnya, ilmu enggan masuk kepada orang yang sombong seperti banjir yang
tidak dapat mencapai tempat yang tinggi.
Keempat, menghindar dari
mendengarkan perselisihan-perselisihan di antara sesama manusia. Menurut
Al-Ghazali, hal tersebut dapat menimbulkan kebingungan saat menuntut ilmu.
Kelima, tidak menolak suatu
bidang ilmu yang terpuji, tetapi harus menekuninya hingga mengetahui maksudnya. Jika
umur membantunya, maka ia pun mesti menyempurnakannya.
Keenam, mengalihkan
perhatian kepada ilmu yang terpenting, yaitu ilmu akhirat. Imam
Al-Ghazali berpendapat, ilmu yang dimaksudkan adalah bagian dari muamalah dan mukasyafah. Ilmu mukasyafahtersebut
ialah makrifatullah atau
mengenal Allah. Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu yang paling mulia dan puncaknya
adalah mengenai Allah.
Ketujuh, tujuan belajar
adalah menghiasi batin dengan sifat yang menyampaikannya kepada Allah Swt. Selain
itu, ia juga harus mengharapkan mendapatkan derajat tertinggi di antara
malaikat muqarabin (yang
dekat dengan Allah). Dengan tujuan ini, ia tidak mengharapkan kepemimpinan,
harta, dan kedudukan. Wallahu Alam.
Afwan ust ini tentang adab menuntutmenunt Ilmu dibagian jilid berpa yah ..
BalasHapus