Bisakah Hati Ini Selembut Rasulullah SAW?
(Sebuah kisah inspiratif)
Ada banyak kisah
teladan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada kita selaku umatnya
untuk kita tiru dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kesempatan ini
penulis tertarik untuk menyampaikan salah satu kisah teladan dari Baginda
Rasulullah SAW tentang kelembutan hati Rasulullah SAW terhadap seorang pengemis
buta. Berikut kisahnya:
Terdapatlah seorang pengemis Yahudi buta yang setiap hari
menempati salah satu sudut pasar di Kota Madinah. Bukan cuma mengemis, Ia juga
berseru kepada orang-orang yang berlalu-lalang di pasar tersebut, “Jangan dekati Muhammad! Jauhi dia! Jauhi
dia! Dia orang gila. Dia itu penyihir. Jika kalian mendekatinya maka kalian
akan terpengaruh olehnya.”
Teriakannya
yang keras tak terlewatkan oleh seorang pun yang berjalan di dekatnya. Setiap
kali ada yang terdengar langkah kaki orang melewatinya, pengemis buta itu
selalu mengumpat Rasulullah Muhammad SAW, dan mengatakan Muhammad adalah tukang
sihir, orang gila dan sebagainya.
Pengemis Yahudi buta itu hampir setiap hari di temani oleh seseorang di sampingnya. Orang tersebut dengan lemah lembut dan kasih sayang menyuapi pengemis yang hampir tidak pernah berhenti untuk menghina dan merendahkan Muhammad SAW. Orang tersebut hanya terdiam saat teriakan makian dan hinaan itu keluar dari mulut Yahudi buta tersebut. Ia terus menyuapi makanan ke mulut pengemis itu hingga habis.
Sampai
pada suatu hari, si Pengemis Yahudi Buta tidak lagi ditemani lagi oleh orang
yang menyuapinya. Kemudian datanglah orang lain yang membawakan nasi bungkus
untuknya dan menawarkan diri untuk menyuapinya.
Orang
lain yang menawarkan diri untuk menyuapi pengemis buta yang tidak berhenti
merendahkan Muhammad SAW tersebut adalah sahabat terbaik Rasulullah, Abu Bakar
Ash Shiddiq. Hati dan kepala Abu Bakar mendidih mendengar sumpah serapah
pengemis Yahudi tersebut.
Namun
Abu Bakar menahan diri dan berusaha dengan lemah lembut menawarkan diri untuk
memberi makan kepada pengemis buta tersebut. Namun bukan rasa terima kasih yang
di dapat oleh Abu Bakar, jusru penyangkalan dan hardikan keras dari pengemis
tersebut.
“Kau bukan orang yang biasa
memberiku makanan,” hardik si pengemis buta.
“Aku orang yang biasa,”
kata Abu Bakar.
“Tidak. Kau bukan orang yang
biasa ke sini untuk memberiku makanan. Apabila dia yang datang, maka tak susah
tangan ini memegang dan tak susah mulutku mengunyah. Dia selalu menghaluskan
terlebih dahulu makanan yang akan disuapinya ke mulutku.” Begitulah
penyangkalan si pengemis buta kepada Abu Bakar.
Mendengar perkataan pengemis buta tersebut, Abu Bakar tak
kuasa membendung rasa harunya. Air matanya tumpah tak tertahankan, dadanya
turun naik, Beliau menangis sampai terisak-isak.
Salah
satu sahabat terbaik Nabi Muhammad SAW itupun berkata, “Memang, benar, Aku bukan orang yang biasa datang membawa makanan dan
memberimu suapan atas makanan itu. Aku memang tidak bisa selemah lembut orang
itu.”
“Ketahuilah bahwa Aku adalah salah satu
sahabat orang yang setiap hari menyuapimu tersebut. Orang yang dulu biasa ke
sini dan memberimu makan dan menyuapimu telah wafat. Aku hanya ingin
melanjutkan amalan yang ditinggalkan orang tersebut, karena Aku tidak ingin
melewatkan satu pun amalannya setelah kepergiannya.”
Si
pengemis buta Yahudi tersebut terdiam sejenak dan bertanya kepada Abu Bakar
siapa orang yang selama ini memberinya makan dan juga menyuapinya.
“Ketahuilah, bahwa
Ia adalah Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang
setiap hari kau hinakan dan kau rendahkan di depan orang banyak di pasar ini,”
jawab Abu Bakar kepada pengemis buta itu.
Si pengemis
Yahudi yang buta itu tertegun. Tak ada kata kata yang keluar dari mulutnya,
namun tampak bibirnya bergetar. Air mata pengemis buta itu perlahan
jatuh membasahi pipinya yang mulai berkeriput.
Si pengemis
buta tersadar, betapa orang yang selama ini ia hinakan justru memperlakukannya
dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Ia justru malah merasa lebih hina
dari apapun yang ada di dunia ini.
“Selama ini aku telah menghinanya,
memfitnahnya, bahkan saat Muhammad ada di sampingku sedang menyuapi aku. Tapi
dia tidak pernah memarahiku. Dia malah dengan sabar melembutkan makanan yang di
masukkan ke dalam mulutku. Dia begitu mulia.” Kata pengemis buta dalam
tangisnya.
Pada
saat itu juga, Si Pengemis Yahudi buta bersaksi di hadapan Abu Bakar Ash
Shiddiq, mengucapkan dua kalimat syahadat ‘La ilaha illallah. Muhammadar Rasulullah.’ Si
Pengemis buta memilih memeluk Islam setelah cacian dan sumpah serapahnya kepada
Muhammad SAW dibalas dengan kasih sayang oleh Nabi Akhir Zaman tersebut.
Demikianlah
kisah keteladanan Rasulullah Muhammad SAW yang sebaiknya dicontoh oleh umat
Beliau. Semoga kita termasuk orang yang mendapatkan syafa’at dari Nabi Muhammad
SAW di Hari Penghakiman kelak.. Amiin.. Wallahu A’lam ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar