Jumat, 31 Agustus 2018


Makna Idul Adha
Oleh: Riki Sutiono M.Pd.I

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.

 اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اللهُ اَكْبَرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فقد قال الله سبحانه وتعالى فى كتابه العزيز: انَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ.

Hadirin Sidang Jama'ah sholat Idul Adha rahimakumullah
Di hari yang mulia nan penuh barokah ini, tiada kata yang pantas kita ucapkan melainkan kata syukur kita kehadirat allah SWT, karena sampai detik ini allah SWT masih saja memberikan nikmatnya kepada kita semua, sehingga dengan karunia nikmatnya ini, kita dipertemukan kembali oleh allah SWT di masjid yang mulia ini dalam rangka melaksanakan sholat idul adha 1439 H.
Sungguh betapa besar karunia Allah swt kepada kita semua, betapa tidak terhingganya nikmat yang Allah karuniakan kepada kita semua. Tapi jamaah yang dimuliakan Allah swt, dengan segala karunia nikmat yang allah berikan tersebut:

Pernahkah kita berfikir, mengapa Allah swt masih saja memberikan nikmatnya kepada kita meskipun terkadang hati ini seringkali lalai untuk mengingatnya?
pernahkah kita berfikir, mengapa Allah swt masih saja memberikan nikmatnya kepada kita meskipun terkadang lisan ini seringkali enggan untuk berzikir kepadanya?
pernahkah kita berfikir, mengapa Allah swt masih saja memberikan nikmatnya kepada kita meskipun terkadang berat untuk rukuk dan sujud SHALAT dihadapannya?

Pernahkah kita berfikir,  sesungguhnya apa yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid ?
Apa yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apa yang menahan pikiran kita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apa yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?

Apakah kesombongan kita sudah demikian MEMUNCAK!!, sehingga sedemikan lantang kita durhaka kepada Allah?

 Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, gumedhe, jumawa seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk dihadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan.
Tidakkah kita sadar, bahwa kita adalah makhluk yang lemah, tak ada satu pun tempat bergantung dan berharap selain kepadanya.

Hadirin Jama'ah sholat Idul Adha rahimakumullah
Hari demi hari, betapa banyak kemaksiatan yang kita lakukan kepadanya. Hari demi hari, Betapa banyak dosa yang kita lakukan kepadanya. Ya Allaaaaah…..ampuni kami ya Allaaaah…….. kami durhaka kepadamu ya Allah…
Namun jamaah yang yang dimuliakan Allah… dengan kedurhakaan kita, dengan segala kemaksiatan kita, Allah masih saja tetap menyelimuti kita dengan kasih sayangnya, allah masih saja tidak pernah bosan untuk terus menerus mencurahkan nikmatnya kepada kita.
Dan sebagai buktinya, pada hari ini, di hari yang mulia ini, Allah masih saja mengizinkan kita sekali lagi untuk bersujud kepadaNya, Allah masih saja mengizinkan kita sekali lagi untuk bertakbir, bertasbih, bertahmid dan bertahlil mengagungkan namanya, dan mengizinkan sekali lagi untuk kita bertaubat kepadanya.
Kita tidak pernah tahu jama’ah sekalian.., bisa jadi inilah sujud terakhir kita padanya di dunia ini, Kita tidak pernah tahu ,bisa jadi inilah takbir, tasbih, tahmid dan tahlil terakhir kita untuknya di dunia ini. Dan Kita tidak pernah tahu, bisa jadi inilah taubat kita untuk terakhir kalinya di dunia ini kepadanya.
Tak ada yang dapat menjamin bahwa kita akan bertemu lagi dengan idul adha tahun depan. Karena tidak ada seorang pun yang tahu kapan ajal akan tiba, ia bisa datang kapan saja, tak pandang yang tua maupun yang muda, yang sakit maupun yang sehat, yang miskin maupun yang kaya.
Terbukti, betapa banyak orang yang kita kasihi dan kita sayangi, baik itu orang tua kita, saudara mara kita, kaum kerabat kita, maupun jiran tetangga kita. Mereka yang dahulu masih bersama-sama kita, melaksanakan shalat ied bersama kita, dan bahkan merayakan idul adha berkurban bersama kita. Namun, kini mereka sudah tidak lagi bersama-sama dengan kita, mereka tidak lagi ikut mempersiapkan dan beridul adha bersama kita, mereka tidak lagi ikut menggemakan takbir, tasbih, tahmid, dan tahlil bersama kita.
Masih terbayang…..senyum mereka dipelupuk mata kita, masih terbayang…..gelak tawa mereka dibenak kepala kita. Kini kita tidak dapat lagi melihat senyum mereka yang ceria, kini kita tidak dapat lagi melihat gelak tawa mereka yang gembira. Kini, kita tidak bisa lagi menghulurkan tangan memohon maaf kepada mereka, karena mereka sudah lebih dahulu “PULANG” ke kampung halaman yang abadi dan hakiki.  Menghadap ilahi Robbi…. Ya Allah…Ampunilah dosa mereka, terimalah amal ibadahnya…masukkanlah ke dalam surgamu ya Allah… Amin ya robbal alamin.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Sidang jama’ah ‘ idul adha yang dirahmati Allah SWT 
Sejak tadi malam, Gemuruh kalimat takbir, tahlil dan tahmid berkumandang bersahutan menggetarkan hati, menyentuh kalbu jiwa-jiwa yang beriman, lalu pagi ini dengan penuh kebersamaan walau dalam perbedaan ada yang datang berjalan kaki, ada yang memakai kendaraan, berjalan cepat atau memakai tongkat, laki-laki dan perempuan, tua-muda, yang sedih atau gembira semua datang untuk berjamaah bersama di rumah Allah yang kita cintai ini demi menghidupkan sunnah sebagai bukti rasa cinta kepada Rasulullah SAW.
Sementara saudara-saudara kita yang menjadi tamu Allah ditanah suci dengan busana ihram yang sama, mereka sedang berjuang keras melaksanakan rangkaian ibadah haji, tanggal 8 Dzilhijjah mereka berangkat dari Makkah menuju ‘Arafah, tanggal 9 Dzilhijjah setelah tergelincir matahari mereka melaksanakan wukuf dipadang‘Arafah. Pada malam harinya, mereka mabit di Muzdalifah, dan mengumpulkan krikil untuk melontar Jumrah di Mina. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan yang akan mengingatkan kita pada saat kita berada dipadang Makhsar.
Ya Allah semoga saudara-saudara kami yang sedang bertamu ke Rumah-MU diberikan kemudahan dan kesabaran, serta dapat kembali ke tanah air mereka dalam keadaan Mabrur. Amin Ya Rabbal ‘alamin

Sidang jama’ah ‘ idul adha yang disayangi allah SWT
Di tengah kegembiran kita dalam menyambut Hari raya idul adha 1439 H ini, ada satu hal yang perlu kita sadari bersama, bahwa Hari raya idul adha yang kita rayakan saat ini, bukan sekedar perayaan rutinitas atau ceremonial tanpa makna, akan tetapi jauh dari itu, perayaan ini memiliki hikmah dan pelajaran yang sangat luar biasa. Dan tentunya hadirin yang dirahamati allah swt, hikmah dan pelajaran dari perayaan idul adha ini sangat lah kita perlukan dalam mengarungi bahtera kehidupan ini supaya menjadi lebih baik. Adapun hikmah dan pelajaran dari perayaan idul adha ini diantaranya: 
Yang Pertama: Peristiwa kurban mengingatkan kita pada hubungan kepatuhan mutlak Ismail as kepada Ayahanda Ibrahim as.
Sebuah Kisah inspiratif terkait ketaatan total dan pengorbanan sepenuhnya seorang hamba dalam melaksanakan perintah Allah Swt adalah kisah ketaatan dan pengorbanan Nabiyullah Ibrahim As dan putranya Nabi Ismail As. Untuk mengetahui berapa tingkat ketaatan dan keimanan Nabi Ibrahim, maka Allah telah memberikan wahyu kepadanya agar menyembelih putranya yang bernama ismail.
Betapa pilu hati nabi ibrahim AS bila teringat perintah penyembelihan terhadap putranya ini. Putra yang disayang semata wayang, buah hati belahan jiwa, harus disembelih dan berakhir dengan tangannya sendiri. Namun apa boleh di kata, kecintaan kepada allah tidak boleh dikalahkan dengan kecintaan kepada anak. Perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya harus ia laksanakan dengan segera, meskipun dengan hati yang amat berat.
Maka dipanggil lah ismail dan diberi tahu mengenai perintah allah tersebut. Nabi ibrahim AS pun berkata kepada anaknya:
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُر مَاذَا تَرَى
“Wahai anak ku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkan apa pendapat mu  wahai anak ku ?”

Mendengar pertanyaan ayahnya tadi, nabi ismail AS bukannya malah TAKUT ataupun khawatir, melainkan justru bersemangat mendorong ayahnya untuk melaksanakan apa yang  telah diperintahkan oleh Allah SWT.  Maka dengan mantap ismail menjawab:
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai ayah ku, laksanakan lah apa yang diperintahkan Allah kepada mu; insyallah kamu akan mendapati ku termasuk orang – orang yang sabar” . 
Mendengar jawaban tersebut maka nabi ibrahim menjadi mantap dan ikhlas semurni – murninya untuk  melaksanakan perintah allah dengan menyembelih ismail, putra tercintanya.
 Lalu Ketika akan disembelih, Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda tercinta! sebelum engkau menyembelih aku, Ikatlah tanganku ini agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkanmu. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak menimbulkan rasa iba. Kemudian Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun, sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka. Tajamkanlah pedang mu dan goreskan lah segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya.
 Lalu wahai ayahanda! bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata: Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah”. Terakhir wahai ayahanda!, janganlah sekali-kali ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu semakin menambah belasungkawa kepada ku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulkan rasa sedih di hati ayah,”
Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah kau, wahai putraku tercinta!” Kemudian Beliau memulai untuk menyembelih anaknya, namun apa yang terjadi, ketika ia menyembelih ismail anaknya, ia mengalami kegagalan, diulangnya beberapa kali, namun tetap juga gagal. Melihat keikhlasan dan ketaqwaan yang betul-betul dari keluarga ini, akhirnya Allah SWT menebus (mengganti) nabi Ismail ‘alaihissalam dengan tebusan sembelihan yang besar, seekor kambing yang dibawa dari surga oleh malaikat Jibril. Malaikat Jibril bertakbir (Allahu Akar 3X) diteruskan oleh nabi Ibrahim (Lailaha illallahu Allahu Akbar) diakhiri oleh nabi Ismail (Allahu Akbar wa Lillahilhamd).
Hadirin hadirat yang dirahmati allah swt,.. Peristiwa menyentuh hati dan perasaan ini mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana anak-anak kita? Sudahkan kita didik menjadi anak yang patuh dan taat mengikuti perintah Allah Swt?
Dengan anak maka amal menjadi mengalir,
إِذَا مَاتَ الإنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقةٍ جَاريَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila manusia mati, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya”. (HR. Muslim).
اللهُ اَكْبَرْ ,اللهُ اَكْبَرْ, اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
Sidang jama’ah ‘ idul adha yang dirahmati Allah SWT 
Pagi ini kita diingatkan dengan tanggung jawab kita kepada anak-anak kita. Sudahkah kita didik mereka dengan baik? Bagaimana bacaan al-Qur’an mereka? Bagaimana shalat mereka? Sudahkan mereka menutup aurat?
Pagi ini juga anak diingatkan tentang bakti kepada orang tua. Bagaimanapun banyaknya amal mereka, kalau anak durhaka kepada orang tua. Maka Allah Swt haramkan surga bagi mereka. Jika mereka masih hidup, kembali dari shalat ini, kita masih bisa datang ke rumah mereka. Memeluk dan mencium mereka dengan kasih sayang. Sebagai ungkapan rasa bersalah karena tidak mampu membalas budi baik mereka. Tapi, andai ajal telah mendahului. Sesal kemudian tiada berarti. Kita hanya dapat mengucapkan,
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرا
“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku ketika aku masih kecil”.
Hanya itulah yang dapat kita ucapkan dengan uraian air mata.
Bakti kepada ibu membuat seorang anak terkabul doanya melebihi sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Suatu ketika Rasulullah Saw pernah berkata:

Ada seorang laki-laki. Ia akan datang kepada kamu. Ia berasal dari Yaman. Namanya Uwais. Ia tidak bisa meninggalkan Yaman (saat ini) karena ia merawat ibundanya. Ia pernah terkena penyakit supak (warna putih pada kulit). Ia berdoa kepada Allah Swt, maka Allah Swt menghilangkan penyakit itu, kecuali hanya tertinggal sebesar uang logam Dinar (logam emas) atau Dirham (logam perak). Siapa diantara kamu yang berjumpa dengannya, maka mintalah doa kepadanya agar Allah Swt mengampuni kamu”. (HR. Muslim).
Bayangkan, seorang hamba yang lemah, jauh dari Rasulullah Saw, tapi doanya kabul, mengalahkan doa para shahabat nabi, bahkan para shahabat nabi pun diminta agar memohonkan doanya. Doanya terkabul, karena baktinya kepada ibundanya.
            Tanpa mengesampingkan makna ayah,
أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي مَالًا وَوَلَدًا وَإِنَّ أَبِي يُرِيدُ أَنْ يَجْتَاحَ مَالِي فَقَالَ أَنْتَ وَمَالُكَ لِأَبِيكَ

Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah Saw mengadukan ayahnya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, saya mempunyai harta dan anak. Tapi ayah saya ingin mengambil harta saya”. Rasulullah Saw menjawab, “Engkau dan hartamu milik ayahmu”. (HR. Ibnu Majah).
            Bagaimana mungkin orang dapat mengesampingkan kedua orang tuanya, bangga dengan harta, anak, bahkan amalnya. Padahal orang tua pada level kedua setelah Allah Swt,
رِضَا الرَّبّ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَ سَخَطُهُ فِيْ سَخَطِهِمَا

Ridha Allah Swt terletak pada ridha kedua orang tua dan murka Allah Swt terletak pada murka kedua orang tua”. (HR. ath-Thabrani).
الله أكبرx  3ولله الحمد
Hadirin Sidang jama’ah ‘ idul adha yang dirahmati allah SWT
Hikmah kedua dari perayaan idul adha ini adalah Keseimbangan Antara Usaha dan Tawakkal.
Sayang dan cinta kepada anak dan istri, tapi perintah Allah Swt mesti tetap dipatuhi. Meleleh air mata Nabi Ibrahim as meninggalkan Hajar dan Ismail kecil di sebuah lembing kering. Kisah itu diabadikan dalam al-Qur’an, Nabi Ibrahim as pun mengadu kepada Allah Swt,

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Wahai Robb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Qs. Ibrahim [14] : 37).

Di tengah lembah tandus tanpa tanaman itulah Hajar dan Ismail berada, seorang wanita lemah dan bayi tidak berdaya membutuhkan air. Apakah Allah langsung menurunkan air kepada mereka ?! Tidak. Hajar bukan wanita lemah. Ia perempuan yang tegar. Hajar tidak mengeluh kepada Allah Swt dengan mengangkat tangan. Hajar tidak membawa-bawa nama besar suaminya yang seorang nabi dan anaknya juga seorang nabi. Hajar tidak pula menghujat dan mencela di mana air berada ?!. Tapi Hajar berjalan kaki dari bukit Shafa menuju bukit Marwa sebanyak tujuh kali. Tumit perempuan yang lemah itu menginjak pasir gurun panas di bawah terik matahari. Setelah ia lelah dan tetap tidak mendapatkan air yang ia cari, maka ia kembali ke tempat Ismail berbaring. Ternyata, air tidak ditemukan di tempat yang dicari. Tapi air datang dari tumit Ismail yang belum pandai melangkah.
Dari kisah ini tersirat sebuah makna yang sangat mendalam yaitu pentingnya berusaha sekuat tenaga dan seoptimal mungkin untuk mencari apa yang kita inginkan. Karena Allah tidak langsung memberi tanpa ada usaha. Demikian juga perubahan menuju kehidupan yang lebih baik yang kita inginkan tidak akan terwujud kecuali ada keinginan dan perbuatan dari kita sendiri. Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.  (Qs. Ar-Ra’d [13]: 11).
            Di sanalah keserasian antara syariat Nabi Ibrahim as dengan syariat Nabi Muhammad Saw. Sama-sama mengajarkan keseimbangan antara usaha dan doa. Rasulullah Saw tidak pernah duduk berpangku tangan menunggu rezeki turun dari langit. Al-Qur’an mengajarkan,
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Qs. al-Jumu’ah [62]: 10).
Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah. Apakah unta ini saya tambatkan lalu saya bertawakkal? Atau saya lepaskan saja, kemudian saya bertawakkal?”. Rasulullah Saw menjawab, “Tambatkanlah! Setelah itu, bertawakkallah!”. (HR. at-Tirmidzi).
الله أكبرx  3 ولله الحمد
Sidang jama’ah ‘ idul adha yang dirahmati Allah SWT
Hikmah ketiga Yang terakhir dari perayaan idul adha ini adalah Berkorban Untuk Agama Allah Swt.
Islam bukan agama yang melarang orang untuk mencari harta. Dalam Islam diajarkan, orang yang mampu secara ekonomi, kuat fisik, ilmu dan iman, lebih baik dan dicintai Allah Swt daripada orang yang miskin, lemah fisik, lemah ilmu dan lemah iman. Rasulullah Saw bersabda,
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
Seorang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah Swt daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim).
Dalam ibadah haji kita mengenal istilah Wuquf, yang merupakan rukun haji. Yaitu berkumpul di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Wuquf ini adalah miniatur hari mahsyar kelak, saat manusia dibangkitkan di hadapan Allah. Semua manusia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan jenis kulit. Terdiri dari tingkat, level dan kedudukan. Semuanya sama di hadapan Allah. Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah kecuali takwanya. Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Al Hujurat [49] : 13).
            Miniatur hari kiamat, pada hari itu tidak ada yang dapat menolong manusia kecuali amalnya sendiri. saudara yang kita harap-harapkan dapat membantu kita, mereka justru lari meninggalkan kita,  يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ  Anak-anak yang begitu sayang kepada orang tua ketika berada di dunia juga lari meninggalkan orang tua mereka : وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ  Demikian juga dengan istri dan sanak keluarga وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ)  Semuanya disibukkan oleh urusan masing-masing لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيه).
Sudahkah kita mempersiapkan diri menghadapi hari itu dengan amal badan dan amal harta yang kita punya?!

Jama’ah ‘Idul Adha yang dimuliakan Allah …
Mencari harta itu sulit. Namun ada yang lebih sulit, yaitu berjuang melawan hawa nafsu dan bisikan setan yang selalu mengajak agar menahan harta, tidak berkurban, tidak bersedekah. Sehingga mati dalam keadaan menumpuk harta, tidak pernah berbuat untuk agama Allah Swt walau seujung kuku.
Berkurban hari ini bukan hanya sekedar mampu melawan setan dan mengeluarkan uang untuk menyembelih hewan kurban. Tapi ini adalah langkah awal menuju pengorbanan-pengorbanan lainnya untuk agama Allah Swt. Masih banyak hamba-hamba Allah Swt yang perlu dibantu. Anak-anak yatim dan orang terlantar yang membutuhkan uluran tangan. Harta yang banyak tidak dapat membantu di hadapan Allah Swt, yang akan menolong adalah amal badan dan harta yang pernah kita infaqkan di jalan Allah Swt. Berapa banyak harta yang kita cari, tapi kita tidak pernah menikmatinya, tapi dinikmati ahli waris, bahkan orang lain yang tidak memiliki nasab dan hubungan darah dengan kita. Kalau ingin menikmati harta yang kita cari dengan tetes peluh dan air mata, maka gunakanlah di jalan Allah Swt.

Sidang jama’ah ‘ idul adha yang dicintai allah SWT
Demikian lah tadi beberapa hikmah disebalik perayaan hari raya idul adha. Semoga perayaan akbar ini tidak sebatas rutinitas tanpa makna, akan tetapi kembali mengingatkan kita akan pentingnya: pendidikan anak, seimbang dalam usaha dan tawakkal, dan yang jauh lebih penting adalah berkurban untuk agama Allah Swt,  semoga ibadah puasa arafah, shalat ied dan kurban yang akan kita lakukan diterima di sisi Allah SWT, dan menjadikan kita termasuk golongan orang - orang yang bertaqwa, serta mencatat kita sebagai calon-calon penghuni surga NYA.. Amin amin amin ya robbal ‘alamin

بَارَكَ اللهُ لِى وَلـَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِـمَا فيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرالْحَكِيْمِ وَتَقَبَلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَ وَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم.






KHUTBAH KEDUA

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
 اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ,
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ, فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ, اِتَّقُوااللهَ ,اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى, يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ, صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ, وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ, وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
                Untuk mengakhiri khutbah ini, marilah kita bersama-sama berdoa, menundukkan kepala, meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan fikiran, semoga Allah swt Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim memperkenankan do’a hambanya yang ikhlas:
Ya Allah ya tuhan kami, dihari yang sangat mulia ini, dan pada kesempatan yang sangat engkau cintai ini, hamba memohon dengan segenap kerendahan hati, muliakanlah kami dan jangan engkau hinakan kami. Berikanlah semua permintaan kami, Tambahkanlah apa yang ada pada kami dan jangan engkau kurangi. Dan curahkanlah segenap keridhoanmu kepada kami.
Ya Ghofuuru ya Rahiim, Ampuni segala kezholiman kami terhadap orang tua kami, mungkin lisan ini pernah menyakiti hatinya, mungkin kami pernah durhaka terhadap keduanya…..mungkin mereka sering meneteskan air mata karena tingkah laku kami….mungkin ada diantara kami yang suka berkata kasar pada keduanya…sering membantah perkataannya…!!! Andai mereka telah tiada ya Rabb…ampuni dosa-dosa keduanya…. Limpahkan rahmatmu bagi keduanya….jika mereka masih hidup bersama kami ya rahman….jadikanlah masa-masa kebersamaan ini menjadi kebahagiaan….izinkanlah kami untuk ikhlas berbakti kepadanya… lindungi lisan kami dari kata-kata yang akan menyakiti hatinya…
Ya allah…jadikanlah kami yang hadir di sini menjadi suami yang amanah…..suami yang menjadi kebanggaan keluarga…..suami yang akan menjaga istri dan anak kami dari api neraka….ya rabb…ampuni dosa-dosa istri dan anak-anak kami….
Ya allah….jadikanlah kami yang hadir di sini istri-istri yang sholehah…istri yang selalu menentramkan hati suami…istri yang selalu menjaga harta dan kehormatan suami…andai saja ada diantara kami ya robb…istri yang pernah zholim kepada suami…istri yang pernah khianat kepada suami…istri yang tidak menjaga amanah dari suami…istri yang suka menentang perintah suami….istri yang suka berkata kasar kepada suami….istri yang membuat suami lupa dari mengingatMU…kami mohon ya Allah…ampuni segala skezholiman kami…dan berikan kami kesempatan untuk bertaubat…dan menggapai ampunanMu…
Yaa Tawwab yaa Fattaah...terimalah semua pengabdian dan pengorbanan kami, Jadikan keluarga-keluarga kami, keluarga yang komitmen dengan kebaikan, setia dengan keta'atan, keluarga-keluarga yang menegakkan shalat, keluarga-keluarga yang rajin berinfaq, semangat beribadah dan senantiasa berusaha menjalankan kewajiban..
Ya Allah…perbaikilah keadaan para pemuda kami..jadikan mereka para pecinta keimanan..dan jadikan iman itu indah dalam hati mereka..bencikan mereka terhadap kekafiran…kefasikan..dan kemaksiatan…dan jadikan mereka orang-orang yang lurus,,dengan rahmatMU wahai zat yang maha penyayang…
Yaa Ghafur yaa Razzak..terimalah ibadah haji saudara-saudara kami yang berhaji tahun ini, jadikanlah haji mereka haji yang mabrur, ampuni dosa-dosa mereka dan selamatkan mereka sampai kembali ke kampung halaman bertemu dengan keluarga-keluarga mereka dalam keberkahan, anugerahkan kami yang belum berhaji agar dapat melaksanakan ibadah haji ke baitullah.. 
Ya Allah…bimbing kami semua yang hadir di sini…untuk istiqomah di jalanMU..Tundukkan penglihatan kami agar tidak silau oleh indahnya dunia…zuhudkan hati kami agar tidak terlena oleh gelimang harta..karena sungguh…semua itu tiada berarti tanpa ridho dan keberkahanmu…
Ya allah ya mujib… Tuhan yang maha mengabulkan doa… perkenankanlah doa kami ini ya Allah…

 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّار


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL RIKI SUTIONO

  “PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM’S ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS VII MTS MASMUR ...