Selasa, 07 Agustus 2018


Teks Khutbah
BERBUAT BAIK KEPADA TETANGGA
Oleh: Riki Sutiono

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذى  أرسل رسوله بالهدى ودين الحق, ليظهره على الدين كله, ولو كره المشركون, أشهد أن لا إله إلا الله الواحد الصمد, إياه نعبد وإياه نستعين , واشهد أن محمدا عبده ورسوله بشيرا ونذيرا, وداعيا إلى الله بإذنه, وسراجا منيرا, اللهم صل على محمد وعلى أله وصحبه أجمعين, أما بعد: فيا أيها المسلمون رحمكم الله,  أصيكم  بنفسى  بتقوى الله  فقد فاز فوزا عظيما. فقد قال الله سبحانه وتعالى فى كتابه العزيز: وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ, إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
Hadirin Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah
Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada hari yang berbahagia ini melainkan kata-kata syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan dan mencucurkan berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga kita semua dapat berkumpul dalam majelis ini dalam keadaan sehat wal aafiyat. Dan marilah kita realisasikan rasa syukur kita dengan melakukan perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. 
Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, para tabi’in, para tabi’ut tabi’in dan insya Allah terlimpah pula kepada kita selaku umatnya yang senantiasa berusaha untuk meneladani Beliau, dengan ucapan: Allahuma sholli ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.
Kemudian tak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jamaah semuanya, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti. 
Allah SWT berfirman : 
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُوْلِي اْلأَلْبَابِ
 “Berbekallah kalian, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa,   dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal. (Q.S Al-Baqoroh: 197)
Hadirin Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah
Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang dalam kehidupannya lebih menyukai hidup berkelompok. kelompok itu disebut dengan masyarakat. Masyarakat terbentuk atas tujuan yang sama, yakni menuju ketenteraman dan kesejahteraan anggotanya.
Hal ini sejalan dengan tujuan berdirinya negara kita yaitu untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, kesejahteraan itu tidak akan pernah terwujud jika sesama anggota masyarakat, sesama tetangga tidak saling membantu. 
Yang kuat hendaknya membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, yang lapang membantu yang sempit, dan seterusnya, karena memang sudah menjadi kodrat bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Kita mungkin mempunyai kelebihan di satu sisi, tapi tentu kita juga punya kekurangan di sisi yang lain.
Di satu sisi kita memiliki keahlian melakukan sesuatu, tetapi disisi lain tentu kita membutuhkan orang lain untuk melakukannya. Pendek kata, kita tidak akan pernah bisa lepas dari ketergantungan kita terhadap masyarakat dan tetangga kita.
Hadirin Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah
Tetangga adalah orang-orang terdekat di sekitar kita, yang senantiasa akan menjadi orang pertama yang menjadi tujuan kita ketika kita membutuhkan pertolongan. Maka sudah selayaknya jika kita harus menjalin hubungan baik dengan sesama tetangga. Tidak pantas bila kita menyakiti hati mereka, apalagi dengan sombongnya kita berkata bahwa saya tidak bakal membutuhkan dia. Sebagai orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sudah seharusnya kita berbuat baik kepada tetangga.
Rasulullah saw pernah bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ  
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadirin Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah
Tetangga adalah sosok yang memiliki hak yang wajib untuk ditunaikan dan tidak boleh dilalaikan. Tetangga adalah seluruh orang yang tinggal berdampingan dengan kita, siapapun ia. Mereka memiliki hak yang wajib ditunaikan sesuai dengan tingkatan mereka. Dan tingkatan mereka itu tergantung pada kedekatan, kekerabatan, agama, dan akhlaknya. Maka hendaknya setiap mereka diberikan haknya sesuai dengan kadar tingkatan tersebut.
Tetangga yang tinggal berdampingan dengan kita tentu tidak sama dengan tetangga yang jauh dari kita, tetangga yang juga sekaligus adalah keluarga kita, tidak sama dengan tetangga yang bukan keluarga, tetangga yang seagama tidak sama dengan tetangga yang beragama lain.
Dan, perlu diingat bahwa selain orang-orang yang hidup berdampingan dengan kita, termasuk pula dalam kategori tetangga yaitu orang-orang yang bersama kita di tempat mana kita berada; misalnya di tempat kerja, di pasar, di masjid, di dalam perjalanan, di tempat belajar, dan lain sebagainya. Bahkan sebuah negara, pun memiliki negara tetangga yang lain.
Hadirin Jama’ah Jum’at Yang dimuliakan Allah
Betapa Allah menganjurkan kita untuk menjaga hak-hak tetangga tersebut, bahkan perintah Allah agar kita berbuat baik dengan tetangga, disambungkan dengan perintah ibadah dan tauhid-Nya, serta berbuat bakti kepada kedua orang tua, anak yatim dan kerabat, sebagaimana firmanNya:
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ, إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Annisaa’:36)
Terkadang tanpa kita sadari, bukannya kita berbuat baik kepada tetangga, bahkan justru kita mengganggu hak-haknya dan memancing timbulnya permusuhan dengan tetangga. Banyak orang yang dengan begitu mudahnya mengambil barang milik tetangganya (meskipun kecil nilainya) tanpa seizin pemiliknya. Mungkin pemiliknyapun memang merelakannya, akan tetapi meminta izin dan ridhonya tentu akan lebih baik.
Sebagian dari kita juga dengan mudahnya menanam pepohonan besar di dekat batas dengan tetangga, sehingga jika buahnya jatuh maka akan terjatuh di tanah tetangga. Hal yang sepele ini, terkadang juga bisa menjadi penyebab retaknya hubungan baik dengan tetangga.
Sebagian dari kita juga melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu hak-hak tetangga, misalnya bermain dan membuat kegaduhan hingga larut malam, membunyikan musik dengan keras-keras, bahkan memperdengarkan alunan al-qur’an pun menjadi tidak baik jika mengganggu ketenteraman tetangganya, maka dapat dikatakan bahwa kita telah berbuat zholim kepadanya.
Sungguh tetangga yang zolim akan dijauhkan dari nikmatnya iman. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman!” Nabi ditanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,”Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bahkan bagi tetangga yang zolim, bukan hanya kehilangan nikmat iman, tetapi semua amalannya pun akan menjadi sia-sia dan dijauhkan dirinya dari surga. 
Pernah ditanyakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang yang senantiasa bangun malam dan berpuasa, berbuat baik dan bersedekah, tetapi dia senantiasa menyakiti hati tetangganya.”
Rasulullah pun menjawab, “Tiada kebaikan baginya, dan dia termasuk penghuni neraka.”
Kemudian para sahabat berkata, “Ada orang lain yang selalu mengerjakan shalat wajib, bersedekah dengan susu yang dikeringkan dan dia tidak pernah menyakiti satu orang pun dari tetangganya.”
Maka Rasulullah menajwab, “Dia itu termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari)
Hadirin Jama’ah Jumat Yang Dimuliakan Oleh Allah
Akhirnya, dalam kesempatan yang baik ini, sebagai Abdi Allah yang beriman kepadaNya, marilah kita berusaha untuk berbuat baik kepada tetangga kita. Karena tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita selama ini. Dengan berbuat baik kepada tetangga, insyaallah kehidupan kita di masyarakat menjadi ayem tentrem bal datun toyyibun Warobbun Ghofur.  Amin ya robbul Alamin.
بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم من الآيات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم إله هو الغفور الرحيم.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL RIKI SUTIONO

  “PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM’S ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS VII MTS MASMUR ...