BERHATI-HATI
DENGAN “SYUBHAT”
Syubhat dapat diartikan sebagai sesuatu
yang masih dipertentangkan hukumnya berdasarkan dalil-dalil yang ada dalam
Al-Quran dan As-Sunah, maknanya pun masih diperdebatkan. Sebagian ulama
berpendapat bahwa perkara syubhat bukanlah sesuatu yang halal atau sesuatu yang
haram. Pasalnya, Nabi secara jelas memposisikan perkara syubhat diantara yang
halal dan yang haram. Hanya saja, sebagai langkah kehati-hatian, seharusnya
kita menghindari barang syubhat. Hal ini dikarenakan syubhat dapat
menjerumuskan diri dalam sikap ragu-ragu, kerena sesuatu yang belum jelas
halal-haramnya.
Rasululullah adalah suri teladan dalam
hal menjauhi perkara syubhat. Beliau adalah pemimpin orang-orang wara’. Hal ini dapat dilihat dari sikap
yang diambil Rasulullah berkenaan dengan sebutir kurma yang jatuh ketika beliau
mendapatinya di rumah beliau: “Kalau saja
aku tidak khawatir bahwa ia (sebutir kurma ini) berasal dari barang sedekah,
tentu sudah aku makan.” (HR.Bukhari
dan Muslim).
Abu Bakar juga sosok yang patut kita
teladani dalam sikap wara’. Suatu
ketika,beliau pernah memakan makanan syubhat karena tidak tahu. Maka ketika
mengetahuinya, ia langsung memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga
memuntahkan makanan itu. Lalu ia berkata, “seandainya
untuk mengeluarkan makanan tersebut aku harus mengorbankan nyawaku, pasti akan
aku tempuh.” Hal ini dikarenakan Abu Bakar pernah mendengar Rasulullah
bersabda: Sesungguhnya daging yang tumbuh
dari harta haram, maka neraka lebih pantas untuknya.”
Subhanallah, betapa besar semangat dan
usaha Abu Bakar untuk menjaga perutnya agar tidak dimasuki barang syubhat. Jika
Abu Bakar yang termasuk dalam sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga saja
selalu menjaga diri dari barang syubhat, maka kita semestinya memiliki tekad
yang lebih besar dibandingkan beliau, untuk memelihara diri kita dari barang
syubhat,apalagi haram. Lebih-lebih pada zaman sekarang ini kebanyakan orang menyepelekan
masalah ini, bahkan sebagian mengatakan “mencari
barang yang haram saja sulit, apalagi yang halal!”, Na’uzubillah… Asumsi
seperti ini tidaklah benar, karena Allah telah berjanji dalam Al-Quran bahwa
siapa saja yang bertakwa kepada-Nya, Dia akan memberikan jalan keluar pada
setiap persolan yang membelitnya dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak
disangka-sangka.
Untuk itu, mari kita membersihkan hati
kita. Mengapa? Bila hati seseorang bersih, tentu ia dapat menjauhi syubhat.
Sebaliknya, bila hati seseorang kotor, ia akan selalu cenderung menjalankan
perkara syubhat dengan seribu satu alasan yang digunakan. Wallahu A’lam ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar