Rabu, 28 Februari 2018

Melihat Wajah Pendidikan Indonesia 1



Oleh :
Riki Sutiono (Dosen STAIN Bengkalis)


Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna.
Melihat wajah pendidikan Indonesia saat ini,bila dilihat dari segi kualitas sarana dan prasarana pembelajaran memang ada peningkatan yang signifikan dibanding dengan wajah pendidikan saat dahulu. Semua kini berasaskan teknologi, sehingga informasi begitu cepat dapat diakses dan dipelajari.  
Disatu sisi kita bangga dengan keadaan ini, artinya kita merasa tidak ketinggalan dan kalah saing dengan negara – negara maju lainnya. Namun disisi lain, kadang hati ini serasa diiris dengan pisau yang tajam ketika melihat di media massa terkait ada kasus pembunuhan sosok guru oleh muridnya sendiri.
Entah apa yang penulis rasakan, bilamana penulis mengingat kembali sosok seorang guru yang telah mendidik penulis dimulai dari bangku SD sampai dengan di Perguruan Tinggi. Guru pada waktu itu adalah sosok yang hormati dan disegani, bahkan derajatnya sama dengan orang tua kandung kita di rumah. Terkadang suatu ketika berpapasan dengan guru di jalan, seolah diri ini ingin sekali balik arah atau belok ke jalan yang lain ketimbang harus berpapasan dengan guru kita, hal ini bukan menandakan kita sombong dan tidak ramah dengan guru, akan tetapi kita merasa segan bila bertemu dengan seorang guru pada waktu itu.
Namun sekarang, kisah seorang guru yang dihormati dan disegani muridnya itu rupanya hanya tinggal cerita dan kenangan saja. Guru sekarang jangankan dihormati dan disegani oleh muridnya, namun malah dengan teganya menganiaya bahkan membunuhnya.
Apakah ini buah hasil dari kualitas sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai? Apakah ini produk dari teknologi yang sedemikian canggih yang begitu mudahnya informasi dapat diakses? Muncul sebuah pertanyaan, ini Semua Salah Siapa? Siswa kah? Guru kah? Orang tua kah? Lingkungan kah? Kurikulum kah? Menteri Pendidikan bahkan Presiden Kah? Wallahu Alam…..
Beragam jawaban yang diberikan oleh masyarakat menyikapi kasus ini. Ada yang menyalahkan siswanya, karena siswanya kurang ajar, tidak mempunyai rasa hormat kepada guru, siswanya lagi mencari jati diri dan terkesan emosian. Ada yang menyalahkan gurunya karena tak pandai dalam melakukan pendekatan kepada siswanya. Ada juga yang menyalahkan orang tuanya karena tidak mendidik ilmu agama ketika di rumah. Bahkan ada yang menyalahkan menteri pendidikan dan pemerintah dikarenakan ada aturan HAM yang membatasi guru dalam mendidik siswa. Sehingga seolah – olah HAM menjadi sebuah senjata pamungkas bilamana ada seorang melakukan sebuah kekerasan kecil kepada muridnya.
Melihat dan memahami beragam jawaban yang dilontarkan masyarakat terkait hal ini, bila dilihat dari segi isi, masing – masing ada benarnya juga. Semua memiliki peranan dan berpengaruh terhadap proses dan hasil pendidikan. Wallahu Alam…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL RIKI SUTIONO

  “PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM’S ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS VII MTS MASMUR ...