Oleh :
Riki Sutiono (Dosen STAIN Bengkalis)
Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan
manusia atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk
memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang
secara wajar dan sempurna.
Melihat wajah pendidikan Indonesia saat ini,bila
dilihat dari segi kualitas sarana dan prasarana pembelajaran memang ada
peningkatan yang signifikan dibanding dengan wajah pendidikan saat dahulu.
Semua kini berasaskan teknologi, sehingga informasi begitu cepat dapat diakses
dan dipelajari.
Disatu sisi kita bangga dengan keadaan ini, artinya
kita merasa tidak ketinggalan dan kalah saing dengan negara – negara maju
lainnya. Namun disisi lain, kadang hati ini serasa diiris dengan pisau yang
tajam ketika melihat di media massa terkait ada kasus pembunuhan sosok guru
oleh muridnya sendiri.
Entah apa yang penulis rasakan, bilamana penulis
mengingat kembali sosok seorang guru yang telah mendidik penulis dimulai dari
bangku SD sampai dengan di Perguruan Tinggi. Guru pada waktu itu adalah sosok
yang hormati dan disegani, bahkan derajatnya sama dengan orang tua kandung kita
di rumah. Terkadang suatu ketika berpapasan dengan guru di jalan, seolah diri
ini ingin sekali balik arah atau belok ke jalan yang lain ketimbang harus
berpapasan dengan guru kita, hal ini bukan menandakan kita sombong dan tidak
ramah dengan guru, akan tetapi kita merasa segan bila bertemu dengan seorang
guru pada waktu itu.
Namun sekarang, kisah seorang guru yang dihormati dan
disegani muridnya itu rupanya hanya tinggal cerita dan kenangan saja. Guru
sekarang jangankan dihormati dan disegani oleh muridnya, namun malah dengan
teganya menganiaya bahkan membunuhnya.
Apakah ini buah hasil dari kualitas sarana dan
prasarana pembelajaran yang memadai? Apakah ini produk dari teknologi yang
sedemikian canggih yang begitu mudahnya informasi dapat diakses? Muncul sebuah
pertanyaan, ini Semua Salah Siapa? Siswa kah? Guru kah? Orang tua kah?
Lingkungan kah? Kurikulum kah? Menteri Pendidikan bahkan Presiden Kah? Wallahu
Alam…..
Beragam jawaban yang
diberikan oleh masyarakat menyikapi kasus ini. Ada yang menyalahkan siswanya,
karena siswanya kurang ajar, tidak mempunyai rasa hormat kepada guru, siswanya
lagi mencari jati diri dan terkesan emosian. Ada yang menyalahkan gurunya
karena tak pandai dalam melakukan pendekatan kepada siswanya. Ada juga yang
menyalahkan orang tuanya karena tidak mendidik ilmu agama ketika di rumah.
Bahkan ada yang menyalahkan menteri pendidikan dan pemerintah dikarenakan ada
aturan HAM yang membatasi guru dalam mendidik siswa. Sehingga seolah – olah HAM
menjadi sebuah senjata pamungkas bilamana ada seorang melakukan sebuah
kekerasan kecil kepada muridnya.
Melihat dan memahami beragam
jawaban yang dilontarkan masyarakat terkait hal ini, bila dilihat dari segi
isi, masing – masing ada benarnya juga. Semua memiliki peranan dan berpengaruh
terhadap proses dan hasil pendidikan. Wallahu Alam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar