Jumat, 10 November 2017

HAKIKAT HARI PAHLAWAN

HAKIKAT HARI PAHLAWAN
Oleh: Riki Sutiono (Dosen STAIN Bengkalis)


Ada yang spesial di hari jumat penuh barokah ini, di samping keutamaan hari jumat yaitu “Syaidul Ayyami Yaumul Jumuah”: Hari terbaik adalah hari jumat. Bertepatan dengan tanggal 10 November 2017, ada peristiwa besar dibalik tanggal ini, yaitu “Hero Day”, Hari Pahlawan Nasional.
Barangkali kita pernah mendengar pernyataan bahwa: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya”. Pertanyaan besar buat kita sekarang adalah: bagaimana bentuk penghargaan kita terhadap para pahlawan itu? Cukupkah hanya dengan memperingatinya sebagai ritual-ceremonial belaka, atau cukupkah dengan sekedar ngomong ngalor-ngidul membuat status dan membicarakan tentang kepahlawanan di media massa, kampus, kantor, cafe,  dan lain sebagainya?
Perjuangan teramat gigih yang telah ditunjukkan oleh para pendahulu kita, seharusnya menjadi sumber inspirasi bagi perubahan yang lebih baik. Para mujahid yang lahir di negeri ini telah mengikhlaskan dirinya menempuh perjuangan berjihad di jalan Allah. Pekikan takbir membahana di ruang-ruang langit Nusantara, memompakan semangat pantang menyerah untuk terus maju demi meraih kemerdekaan. Mereka terus berjuang melepaskan diri dari cengkraman para penjajah kapitalis-imperealis. Karena haram hukumnya bagi orang-orang yang beriman untuk dikuasai oleh orang-orang kafir.
Peringatan hari pahlawan seharusnya menjadi ajang bagi seluruh potensi bangsa ini untuk semakin mempererat persatuan, menggelorakan spirit perubahan ke arah yang lebih baik, dan menciptakan iklim pranata kehidupan atas asas robbani. Yaitu, sebuah pranata kehidupan  yang berasaskan pada keimanan kepada Allah SWT dan keyakinan akan kebenaran Rasul-Nya. Karena apalah arti sebuah peringatan kalau hanya sekedar ritual-ceremonial tanpa ada usaha untuk bangkit dan berjuang mengejar ketertinggalan, mengubur semua arogansi diri, dan berusaha kembali kepada Allah dan sunnah rasul. Hanya dengan cara demikianlah, bangsa ini bisa dikatakan bangkit dan telah menemukan jati-dirinya.
Akhirnya, marilah kita sadari sepenuhnya bahwa tolak ukur besarnya suatu bangsa bukan terletak pada seberapa banyak kita memiliki daftar para pahlawan atau seberapa sering kita mengadakan upacara untuk memperingatinya. Akan tetapi, lebih kepada seberapa besar usaha yang telah kita lakukan dalam mewujudkan sebuah negeri yang bebas dari penjajahan dengan segala bentuknya. Penghargaan terhadap para pahlawan akan lebih tepat diarahkan untuk kembali kepada keyakinan bahwa hanya syariat Allah sajalah yang terbaik, bukan yang lain. Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL RIKI SUTIONO

  “PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM’S ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR FIQIH SISWA KELAS VII MTS MASMUR ...