HAKIKAT HARI
PAHLAWAN
Oleh: Riki
Sutiono (Dosen STAIN Bengkalis)
Ada
yang spesial di hari jumat penuh barokah ini, di samping keutamaan hari jumat
yaitu “Syaidul Ayyami Yaumul Jumuah”: Hari
terbaik adalah hari jumat. Bertepatan dengan tanggal 10 November 2017, ada
peristiwa besar dibalik tanggal ini, yaitu “Hero
Day”, Hari Pahlawan Nasional.
Barangkali
kita pernah mendengar pernyataan bahwa: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai pahlawannya”. Pertanyaan besar buat kita sekarang adalah: bagaimana
bentuk penghargaan kita terhadap para pahlawan itu? Cukupkah hanya dengan
memperingatinya sebagai ritual-ceremonial belaka, atau cukupkah dengan sekedar
ngomong ngalor-ngidul membuat status dan membicarakan tentang kepahlawanan di
media massa, kampus, kantor, cafe, dan
lain sebagainya?
Perjuangan
teramat gigih yang telah ditunjukkan oleh para pendahulu kita, seharusnya
menjadi sumber inspirasi bagi perubahan yang lebih baik. Para mujahid yang
lahir di negeri ini telah mengikhlaskan dirinya menempuh perjuangan berjihad di
jalan Allah. Pekikan takbir membahana di ruang-ruang langit Nusantara,
memompakan semangat pantang menyerah untuk terus maju demi meraih kemerdekaan.
Mereka terus berjuang melepaskan diri dari cengkraman para penjajah
kapitalis-imperealis. Karena haram hukumnya bagi orang-orang yang beriman untuk
dikuasai oleh orang-orang kafir.
Peringatan
hari pahlawan seharusnya menjadi ajang bagi seluruh potensi bangsa ini untuk
semakin mempererat persatuan, menggelorakan spirit perubahan ke arah yang lebih
baik, dan menciptakan iklim pranata kehidupan atas asas robbani. Yaitu, sebuah
pranata kehidupan yang berasaskan pada
keimanan kepada Allah SWT dan keyakinan akan kebenaran Rasul-Nya. Karena apalah
arti sebuah peringatan kalau hanya sekedar ritual-ceremonial tanpa ada usaha
untuk bangkit dan berjuang mengejar ketertinggalan, mengubur semua arogansi
diri, dan berusaha kembali kepada Allah dan sunnah rasul. Hanya dengan cara
demikianlah, bangsa ini bisa dikatakan bangkit dan telah menemukan
jati-dirinya.
Akhirnya,
marilah kita sadari sepenuhnya bahwa tolak ukur besarnya suatu bangsa bukan
terletak pada seberapa banyak kita memiliki daftar para pahlawan atau seberapa
sering kita mengadakan upacara untuk memperingatinya. Akan tetapi, lebih kepada
seberapa besar usaha yang telah kita lakukan dalam mewujudkan sebuah negeri
yang bebas dari penjajahan dengan segala bentuknya. Penghargaan terhadap para
pahlawan akan lebih tepat diarahkan untuk kembali kepada keyakinan bahwa hanya
syariat Allah sajalah yang terbaik, bukan yang lain. Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar