FENOMENA “JAMAN NOW”
Oleh: Riki Sutiono (Dosen STAIN Bengkalis)
Akhir-akhir
ini masyarakat atau warganet (netizen, citizen) sedang dilanda sebuah Fenomena penggunaan
istilah yaitu “Jaman Now”. Istilah
ini sering dimunculkan dalam berbagai komentar dan aktivitas netizen selama
berselancar di media internet. Awalnya netizen menggunakan istilah Kids
jaman now, kini hanya frase “zaman now” yang mengikuti kata
lain sebagai pengganti kata kids. Misalnya, gubernur zaman
now, orang tua zaman now, mahasiswa zaman now, sekolah
zaman now, dan lain-lain. Apakah Anda juga pernah menggunakannya? Kalaupun
tidak, mungkin Anda pernah mendengar atau membacanya. Dalam tulisan ini saya
akan membahas mengenai penggunaan istilah zaman now yang begitu
seringnya digunakan.
Entah siapa yang pertama kali dan di mana dimunculkan,
istilah zaman now ini kerap digunakan. Istilah ini pernah juga
di-tweet oleh acount twitter @kemdikbud.ri untuk menjelaskan penulisannya yang
benar. Awalnya warganet sering menulis jaman now, dan
disarankan yang benarnya adalah zaman now; dan lebih baik lagi
ialah menggunakan padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu zaman
sekarang.
Dalam ilmu linguistik (ilmu bahasa),
bentuk zaman now terdiri atas dua kata, yakni zaman dan now. Secara
etimologi, kata zaman berasal dari bahasa Indonesia yang
artinya (1) jangka waktu yang panjang atau pendek yang menandai sesuatu; masa,
dan (2) kala; waktu. Sementara now adalah kata yang berasal dari
bahasa Inggris yang bisa diartikan 'sekarang'. Dengan demikian secara
harafiah zaman now dapat diartikan sebagai 'zaman sekarang' atau
'masa kini' atau juga 'saat ini'.
Sebuah kata atau frase yang menjadi
sebuah istilah bisa terjadi perubahan makna (semantic change). Perubahan
ini bergantung pada konteks penggunaannya. Istilah zaman now adalah
istilah yang ditarik dari "Kids jaman now" sebagaimana yang
digambarkan sebelumnya. Penggunaan istilah "kids jaman now"
menggambarkan keadaan anak-anak zaman sekarang. Jika mengaitkan kebiasaan
anak-anak zaman sekarang dengan yang sebelumnya, kita akan menemukan hal-hal
yang berbeda di situ. Misalnya, gaya hidup yang bergantung pada gadget.
Apapun yang dilakukan selalu diabadikan dengan kamera atau bahasa
kerennya selfi. Mau makan, harus selfi; sedang
tidur, selfi juga; sedang menangis karena patah hati dicuekin atau
ditinggalkan pacar, selfi juga; bahkan mau bunuh diri
juga selfi juga. Heheheh.. siapa yang sering seperti itu;
pasti dalam hatinya "Wah, aku banget nih". Kena deh!
Tidak sebatas mengabadikan Foto,
setelah selfi tidak afdol kalau tidak di-posting. Makan di
KFC, di-post. Padahal mungkin baru sekali masuk KFC. Kalau sedang makan ubi
bakar mungkin akan berpikir beberapa kali sebelum di-posting. Sedang tidur
di-post dengan gambar tertutup mata, lalu keterangan gambar "sedang
tidur". Lucu bukan. Siapa yang tidur, siapa yang mencet kamera. Begitulah
kira-kira gambaran "kids jaman now". Demikian dipahami bahwa istilah
"kids jaman now" adalah suatu kebiasaan remaja masa kini yang berbeda
dengan remaja masa lalu. Perbedaan itu cenderung berkonotasi negatif--terlalu
berlebihan dari yang sewajarnya.
Konteks penggunaan suatu kata atau
frase yang menjadi sebuah istilah bisa mengalami perubahan atau juga pergeseran
makna. Istilah zaman now ini sering dilekatkan mengikuti kata
yang lain dengan pengertian yang sama. Inilah perilaku generalisasi (perluasan)
semantis. Dengan kata lain, sebuah kata mengalami perluasan arti daripada yang
sebelumnya. Istilah dulu hanyalah "Kids
Jaman Now", kini apapun bisa dilekatkan dengan zaman now,
misalnya ayah zaman now, dan lain-lain. Inilah
salah satu fakta bahwa bahasa bersifat kreatif sebagaimana dikatakan Noam
Chomsky, pakar bahasa generatif.
Jadi zaman now tidak
sekedar memiliki arti 'masa kini' atau 'zaman sekarang' semata, tetapi lebih
dari itu. Istilah zaman now memiliki arti "berbeda dari
lazimnya". Seperti itulah gambaran arti istilah zaman now. Wallahu Alam***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar